Bulan Suci Ramadhan tahun ini menjadi momen istimewa bagi Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (HMPS-PPKn) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama). Ini dikarenakan mereka (HMPS, red) menggelar Diskusi Pancasila (SiLa #1) serial Ramadhan. Kegiatan yang bertajuk Tadarus Lintas Agama dengan mengusung tema “Yesus Dalam Al-Quran” berlangsung Jumat (22/4) di Aula Sarwakirti kampus setempat.
Ketua Umum HMPS-PPKn, Godensia Geo mengatakan kegiatan ini dilatarbelakangi kegelisahan situasi yang kerap muncul diberbagai media, gesekan atas nama agama, saling menuding, dan penistaan agama akhir-akhir ini. “Kami ingin menjadi lokomotif perekat keberagaman”, tegas mahasiswi semester 4 asal NTT.
Kegiatan ini juga sekaligus memperingati Wafat Isa al-Masih yang bersamaan dengan Bulan Suci Ramadhan tahun ini. “Dalam rangka menghidupkan nilai-nilai keagamaan di Kampus Multikultural dan didorong adanya Buku yang berjudul “Yesus Dalam Quran” karya Geoffrey Parrinder, maka kami menggelar kegiatan ini”, imbuhnya.
Romadhon, M.Pd, Ketua Prodi PPKn dalam sambutannya memaparkan kegiatan ini merupakan kegiatan perdana dari pengurus HMPS-PPKn tanpa anggaran sepersen pun. Saya mengapresiasi keberanian pengurus periode sekarang dengan bermodalkan tekad dan semangat untuk merawat keberagaman di kampus yang kita banggakan. Ia juga menegaskan keberagaman harus dipupuk dengan kegiatan yang menghadirkan lintas agama. Pasalnya, kita terlalu sering mendiskusikan perbedaan, jarang sekali memperjumpakan nilai-nilai persamaan antar agama. “ini jangan sampai kita mengingkari falsafah Pancasila, Berbhineka Tunggal Ika” pungkasnya.
Pria yang juga alumni Unikama angkatan 2004, melanjutkan sambutannya dengan menegaskan bahwa topik diskusi kali ini sebagian orang memandang sensitif. Inilah yang kita luruskan, kita dialogkan tanpa harus menyinggung keyakinan beragama orang lain. “Bahkan dalam karyanya Geoffrey Parrinder disebutkan bahwa Qurán memberikan sejumlah gelar kehormatan kepada Yesus lebih besar dari pada ke tokoh masa lampau yang lain. Misalnya; Ia adalah tanda “kasih”, seorang “saksi”dan “contoh”, kutipnya.
Tak berhenti disitu, ia memberikan penegasan kembali, “misalnya, dalam Qurán surat Ali Imran Ayat 45 “ (ingatlah), ketika malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).”
Hal senada ia contohkan dalam Al-Kitab pada Surat Lukas I Ayat 28-31 dinyatakan “Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Sementara dalam Diskusi, Imam Ghozali, S.Ag., M.Pd selaku Narasumber memaparkan Yesus dilahirkan dari sosok wanita yang suci. Dimana, pada waktu itu islam dan kristen percaya bahwa ibu maryam di datangi oleh malaikat jibril dan memberitahukan kepada ibu maryam bahwa ia akan melahirkan sosok pesuruh tuhan. Dan ibu maria atau maryam ini ia menjawab bahwa ia belum menikah dan bukanlah pezina dan sang malaikatpun menjawab bahwa itu begitu mudah bagi tuhan. Sebagaimana di jelaskan dalam Qurán Surat Maryam Ayat 20.
“Dengan demikian, kita sebagai umat beragama harus yakin kepada agama yang kita anut, serta tidak boleh mencampuri aqidah agama lain. Karena di dalam Qurán Aurat al-Kafirun Ayat 6 “lakum diinukum waliyadiin”, artinya untuk mu agamamu, dan untukku agamaku”, papar Dosen PAI Unikama ini.
Romo Engelbertus Kukuh sebagai Narasumber menjelaskan soal Yesus melekat erat tentang tritunggal Maha Kudus. Yesus sebagai Allah, Yesus sebagai Putra, dan Yesus sebagai Roh Kudus. Allah mewujud dalam tiga pribadi tersebut. “Yesus sebagai Allah artinya bahwa Yesus memiliki kekuasaan kemahakuasaan sebagai sang pencipta. Yesus mampu mengubah air menjadi anggur dalam kitab suci dinyatakan seperti itu, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati” lanjut pria dari Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Malang.
Masih dalam paparan Romo Kukuh, ia menegaskan Yesus sebagai Putra, artinya bahwa Yesus sama dengan kita yaitu manusia punya rasa bahagia punya rasa sedih punya rasa marah artinya emosi secara manusia. Yesus juga memiliki orang tua ibunya bernama Maria, ayahnya bernama Yusuf. Sementara, Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Karena itu Allah hadir melalui Yesus yang menjadi manusia.
“Kajian Yesus sebagai anak, Yesus sebagai manusia, Yesus sebagai tabib, dinyatakan dalam buku “Yesus dalam Alquran”. Ini artinya ada irisan Yesus sebagai anak, Yesus sebagai Allah dan Yesus sebagai manusia”. Tutup Pria Berblangkon dalam diskusinya. (Mr. Don’t)