PANCASILA-POST: Sejak peluncuran Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) memberikan efek domino bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan kurikulum yang dinamis dan adaptif. Hal ini yang menjadi alasan pertemuan Forum Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewaragnegaraan (Prodi PPKn) untuk Wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan yang berlangsung di kampus 4 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Kamis (27/7/2023). Kegiatan ini dihadiri 24 Ketua Program Studi (Ka. Prodi) PPKn dengan tema “Rekontruksi Kurikulum PPKn Berbasis MBKM dalam Perspektif Bela Negara”.
Tak mau ketinggalan dalam pertemuan itu, hadir juga Romadhon, S.Pd., M.Pd dan Engelbertus Kukuh Widijatmoko, SH., M.Pd Ka. Prodi dan Sekretaris Prodi PPKn Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama).
Dalam pertemuan yang berlangsung di lantai 6 difokuskan pada kajian kurikulum prodi. Berbagai pandangan dari beberapa Ka. Prodi disampaikan. Menurut Ka. Prodi PPKn Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) berpendapat, kurikulum MBKM banyak memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan diluar bidang keilmuan, sehingga kerjasama antar prodi sangat ditekankan untuk saling menguatkan dan memberikan kemanfaatan bagi lulusan.
Sementara, Ka. Prodi PPKn STKIP PGRI Trenggalek lebih menekankan pada gotong royong dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat pada Prodi PPKn. Ia, meyakini soal kajian kurikulum diserahkan pada Asosiasi Profesi seperti yang telah dihasilkan dalam Rakrenas AP3KnI di Universitas Negeri Surakarta (UNS) bulan lalu.
Hal senada juga disampaikan Romadhon, dalam perspektifnya kajian kurikulum Prodi PPKn telah dilakukan oleh AP3KnI bulan lalu, sehingga forum ini menjadi tindaklanjut dari rakernas AP3KnI tersebut. “yang menjadi fokus kita, bagaimana kurikulum Prodi PPKn menjawab tantangan kebutuhan warga negara, baik warga di luar sekolah maupun di dalam sekolah, inilah tanggungjawab kita”, pungkasnya.
Rangakaian pertemuan ini diawali degan seminar Nasional yang diawali keynote speaker Dr. Agus Sutono, S.Fil., M.Phil Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kelolahragaan (FPIPSKR) UPGRIS dalam paparanya ia mengungkapkan problem kebingungan dan ambivalensi kebijakan MBKM yang diluncurkan Mendikbudristek Nadiem Makarim.
Lebih lanjut, misalnya ada dugaan mencerabut karakteristik berbasis misi khas PT. “selain itu, dugaan pergeseran makna “belajar”dibatasi secara pragmatis menjadi “berlatih bekerja” pada lingkungan kerja senyatanya”, ungkapnya.
Ia menambahkan, dugaan makna “pendidian tinggi” menjadi “pelatihan kerja” dan “nyantrik” semata. Dugaan yang lain misalnya, dugaan mengganti orientasi pendidikan akadmeik dengan muatan vokasional yang kuat, program magang berorientasi pada pemerolehan keterampilan terapan, bukan penguatan pemahaman keilmuan mahasiswa. (mr. don’t)