PANCASILA-POST: Perekat tenun kebangsaan dalam kehidupan keagamaan tak boleh surut. Terlebih membangun sinergitas lintas agama, lintas iman, dan antar rumah ibadah menjadi agenda rutin Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) melalui Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), yakni Matakuliah Jatidiri Kanjuruhan.
Mata kuliah ini merupakan matakuliah wajib yang harus ditempuh seluruh mahasiswa Unikama. Matakuliah ini juga megkaji beberapa komponen materi, seperti; Ke-PGRI-an, nilai-nilai multikulturalisme—Pluralisme, dan Antikorupsi.
Kemarin, Sabtu (3/6), Romadhon, S.Pd., M.Pd sebagai dosen pengampu sukses menggelar kuliah Live In di Rumah Ibadah Klenteng Eng An Kiong. Perkuliahan model Live In ini menjadi agenda rutinan setiap semester. “tentu model seperti ini lebih efektif untuk memperekat hubungan antar agama agar tercipta keagamaan inklusif”, tuturnya
Selain itu, lanjut Pria yang juga Ketua Program Studi PPKn Unikama menyampaikan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan keberagaman dalam keberagamaan yang inklusif dan komprehensif, disamping itu memperkuat nilai moderasi beragama dikalangan mahasiswa, dan tentu yang terakhir kami ingin terus memupuk kembali lebih erat dalam menjalin kerukunan antar umat beragama.
Kegiatan yang berlangsung di aula Klenteng ini disambut hangat oleh Pengurus Yayasan Eng An Kiong, Herman Subianto dan seksi Agama Konghuchu, Budha, dan Tao. “kami sangat senang adik-adik mahasiswwa bisa berdialog dengan kami di bulan Pancasila ini, semangat Pancasila senantiasa terus mendarahdaging pada setiap jiwa generasi muda”, ungkap Wiyantio selaku seksi Agama Tao.
Dalam sambutannya, Herman Subianto memaparkan sejarah berdirinya Klenteng ini. Ia menyebutnya Klenteng ini telah berdiri sejak pada 1825 oleh Liutenant Kwee Sam Hway. Kelenteng ini merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Malang.
“Bangunan pertama yakni ruangan tengah ini dibangun pada 1825. Sementara bangunan lainnya dibangun pada 1895 hingga 1934”, ungkapnya. Dan perlu diketahui, imbuhnya, bahwa Eng An Kiong juga merupakan kelenteng tridharma. Atau sebagai tempat ibadah tiga ajaran yakni Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme.
Selepas sesi dialog, mahasiswa diajak untuk berkeliling sekitar Klenteng. Seperti yang diungkapkan Infa Damayanti, mahasiswa Pendidikan Fisika. Ia sangat senang sekali bisa berkunjung di Klenteng yang selama ini hanya bisa melihat dari jalan raya, hari ini lebih dekat dan akrab dengan Klenteng. “jadi saya kira ini kegiatan yang relevan dengan keberagaman di Indonesia, sebagai mahasiswa kita siap jadi jembatan perekat antar umat beragama terutama memantapkan kembali nilai-nilai keberagaman itu sendiri, termasuk toleransi harus menguat dalam diri”, ungkap Ketua HMPS Pendidikan Fisika.
Ia pun berharap, kegiatan diluar ruang kelas bisa dilakukan setiap semester, tapi tidak hanya Matakuliah Jatidiri Kanjuruhan, melainkan matakuliah MPK lainnya atau matakuliah apapunlah yang bisa dilakukan diluar ruang kelas, itu sih menurutku. (mr.dont)